Ungkapan untuk menyebut seseorang sebagai
Anak Laki-laki (Bahasa Biak = Romawa) ; dan didepan Romawa ditambahkan
kata Byak atau Biak. Maka menjadi sebuah ungkapan yang membentuk frasa ROMAWA
BYAK (ANAK BIAK) kembali lagi, Romawa berarti yang dimaksud adalah Laki-laki,
maka ungkapan ini bermaksud mengatakan tentang sosok LAKI-LAKI BIAK. Lebih
populer disebut juga sebagai " Napi Biak " dan sebutan fenomenal
lainnya.
Menyimak hiruk-pikuknya pilkada di kota
Karang Panas/Biak tercinta belum lama berselang - telah membangkitkan
bakat-bakat terpendam disemua aspek, muncul dipermukaan sebagai pakar politik,
pakar ekonomi, akuntan, pakar hukum dan psikolog dan tak ketinggalan juga
sebagai paranormal memprediksi, tak tanggung-tanggung memastikan sesuatu akan
terjadi dengan ungkapan kata-kata mutlag; Medsos facebook memudahkan indifidu
menjadi seperti seorang wartawan profesional yang menulis dan mengirim berita
dimedsos tanpa harus mendapat koreksi lebih dahulu melalui staf redaksi dari
media. Tapi, okeylah! Itulah kenyataan jaman now! Jaman kebebasan berekspresi,
berkumpul dan berpendapat !
Kita juga seolah dikagetkan dengan
munculnya jenis Musik Bambu di Biak, diklaim sebagai musik asli Biak atau
bukan; dan group musik bambu akan ditampilkan oleh anak-anak Biak pada pentas
puncak di Istana Negara bertepatan HUT Proklamasi 17 Agustus 2018. Berbagai
pertanyaan dan tanggapan spekulatif dari pemilik medsos akun facebook,
bertindak langsung sebagai redaktur berita sekaligus memposting di media FB.
seakan tak pernah ada jenis lagu, musik merupakan tradisi dan sebagai
nilai-nilai budaya dari orang Biak. Padahal seorang Inai /Insos (Anak
Perempuan) sudah pasti anak Biak dan bekerja di Dinas Pariwisata Provinsi
Papua, memberi klarifikasi tempat asal musik bambu tersebut. Intinya
klarifikasi tersebut sekaligus mengingatkan agar musik bambu tidak diklaim
musik tradisionsl Biak, karena nanti mengundang cemooh oleh pemilik dari musik
bambu /suku yang memiliki tradisi musik tersebut. Itulah Medsos apapun kalau
sudah masuk ke medsos bisa mendapat tanggapan 100 orang atau lebih dan selalu
berbeda, walau jawaban dari masalah sangat jelas, tegas dan rasional obyektif
sekalipun.
Jadi ingat kembali HIKAYAT Mantri Anthon Aibekob, Tentang : ROMAWA BYAK;
dibahasakan oleh FRANS KAISIEPO (Mantan Gubernur Papua)
Terjemahan bebas dari Bahasa Biak.
Type (1) " Anak Biak itu pandai dan ada yang
pandai skali (benar-benar pandai), lebih menonjol saat belajar didalam kelas,
ruang rapat dan sidang, berpikir dan diskusi. Anak Biak juga punya kekuatan
secara fisik, lebih kuat bisa mengangkat beban lebih berat. Berotot kekar namun
badan kecil, kekuatannya lebih dari fisik yang lebih besar.
Type (2) " Orang biak juga ada yang bodoh dan ada
yang bodohnya lebih dari orang-orang yang danggap bodoh (Contoh yang dianggap
bodoh..........) Termasuk Orang Biak yang tidak kuat/lemah fisik. Kelemahan
fisik dikaitkan dengan kekuatan laki2 ketika berkelahi beradu fisik dengan
orang lain atau sesuatu yang membuat marah dan harusnya marah dan bertindak
secara adu fisik, namun sebaliknya lemah dan lebih lemah dari yang dianggap
lemah (contoh dianggap lemah........).
Di era baru dimana dunia semakin canggih
di kuasai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi; penulis mencoba mengangkat
tulisan ini kembali untuk menilai diri sendiri, mungkin masih relevan sekedar
penulis membagikan kepada yang lain; betapa dijaman mereka tempo dulu; walau
masih terbatas dan dengan segala kekurangannya telah memberdayakan caya
berpikir, menganalisa serta mengungkapkan fenomena-fenomena sosial yg terjadi
pada jamannya. Hal ini sebagai nilai-niai yang patut kita banggakan, tidak
untuk menjadikan mereka arogan, egois. Dan juga tidak seperti kita dijaman
sekarang ini yang suka mengobral kepandaian untuk menklaim orang lain bodoh,
orang lain lemah. Sebab pandai dan bodoh--kuat dan lemah ada pada tipe
laki-laki biak. Mungkinkah kita masih menemukan orang-orang yang memiliki
ukuran benar-benar pandai ataukah mungkin yang ada hanya orang-orang yang bodoh
dan/atau benar-benar bodoh! Marilah kita menilai dengan ukuran dan standar yang
benar-benar, jika mungkin tidak bisa menilai maka ada lembaga dan individu yang
memliki kewenangan atau berkompeten.
Semoga kita tidak merasa malu untuk
bertanya dan/atau belajar kepada yang lebih berkompeten!
Oleh : ☆》Malex
Kmur