Monday, September 3, 2018

ROMAWA BYAK / Anak Biak / Napi Biak (Hikayat Mantri Anthon Aibekob)

Ungkapan untuk menyebut seseorang sebagai Anak Laki-laki (Bahasa Biak = Romawa) ; dan didepan Romawa ditambahkan kata Byak atau Biak. Maka menjadi sebuah ungkapan yang membentuk frasa ROMAWA BYAK (ANAK BIAK) kembali lagi, Romawa berarti yang dimaksud adalah Laki-laki, maka ungkapan ini bermaksud mengatakan tentang sosok LAKI-LAKI BIAK. Lebih populer disebut juga sebagai " Napi Biak " dan sebutan fenomenal lainnya.

Menyimak hiruk-pikuknya pilkada di kota Karang Panas/Biak tercinta belum lama berselang - telah membangkitkan bakat-bakat terpendam disemua aspek, muncul dipermukaan sebagai pakar politik, pakar ekonomi, akuntan, pakar hukum dan psikolog dan tak ketinggalan juga sebagai paranormal memprediksi, tak tanggung-tanggung memastikan sesuatu akan terjadi dengan ungkapan kata-kata mutlag; Medsos facebook memudahkan indifidu menjadi seperti seorang wartawan profesional yang menulis dan mengirim berita dimedsos tanpa harus mendapat koreksi lebih dahulu melalui staf redaksi dari media. Tapi, okeylah! Itulah kenyataan jaman now! Jaman kebebasan berekspresi, berkumpul dan berpendapat !

Kita juga seolah dikagetkan dengan munculnya jenis Musik Bambu di Biak, diklaim sebagai musik asli Biak atau bukan; dan group musik bambu akan ditampilkan oleh anak-anak Biak pada pentas puncak di Istana Negara bertepatan HUT Proklamasi 17 Agustus 2018. Berbagai pertanyaan dan tanggapan spekulatif dari pemilik medsos akun facebook, bertindak langsung sebagai redaktur berita sekaligus memposting di media FB. seakan tak pernah ada jenis lagu, musik merupakan tradisi dan sebagai nilai-nilai budaya dari orang Biak. Padahal seorang Inai /Insos (Anak Perempuan) sudah pasti anak Biak dan bekerja di Dinas Pariwisata Provinsi Papua, memberi klarifikasi tempat asal musik bambu tersebut. Intinya klarifikasi tersebut sekaligus mengingatkan agar musik bambu tidak diklaim musik tradisionsl Biak, karena nanti mengundang cemooh oleh pemilik dari musik bambu /suku yang memiliki tradisi musik tersebut. Itulah Medsos apapun kalau sudah masuk ke medsos bisa mendapat tanggapan 100 orang atau lebih dan selalu berbeda, walau jawaban dari masalah sangat jelas, tegas dan rasional obyektif sekalipun.

Jadi ingat kembali HIKAYAT Mantri Anthon Aibekob, Tentang : ROMAWA BYAK; dibahasakan oleh FRANS KAISIEPO (Mantan Gubernur Papua)

Terjemahan bebas dari Bahasa Biak.
Type (1) " Anak Biak itu pandai dan ada yang pandai skali (benar-benar pandai), lebih menonjol saat belajar didalam kelas, ruang rapat dan sidang, berpikir dan diskusi. Anak Biak juga punya kekuatan secara fisik, lebih kuat bisa mengangkat beban lebih berat. Berotot kekar namun badan kecil, kekuatannya lebih dari fisik yang lebih besar.

Type (2) " Orang biak juga ada yang bodoh dan ada yang bodohnya lebih dari orang-orang yang danggap bodoh (Contoh yang dianggap bodoh..........) Termasuk Orang Biak yang tidak kuat/lemah fisik. Kelemahan fisik dikaitkan dengan kekuatan laki2 ketika berkelahi beradu fisik dengan orang lain atau sesuatu yang membuat marah dan harusnya marah dan bertindak secara adu fisik, namun sebaliknya lemah dan lebih lemah dari yang dianggap lemah (contoh dianggap lemah........).

Di era baru dimana dunia semakin canggih di kuasai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi; penulis mencoba mengangkat tulisan ini kembali untuk menilai diri sendiri, mungkin masih relevan sekedar penulis membagikan kepada yang lain; betapa dijaman mereka tempo dulu; walau masih terbatas dan dengan segala kekurangannya telah memberdayakan caya berpikir, menganalisa serta mengungkapkan fenomena-fenomena sosial yg terjadi pada jamannya. Hal ini sebagai nilai-niai yang patut kita banggakan, tidak untuk menjadikan mereka arogan, egois. Dan juga tidak seperti kita dijaman sekarang ini yang suka mengobral kepandaian untuk menklaim orang lain bodoh, orang lain lemah. Sebab pandai dan bodoh--kuat dan lemah ada pada tipe laki-laki biak. Mungkinkah kita masih menemukan orang-orang yang memiliki ukuran benar-benar pandai ataukah mungkin yang ada hanya orang-orang yang bodoh dan/atau benar-benar bodoh! Marilah kita menilai dengan ukuran dan standar yang benar-benar, jika mungkin tidak bisa menilai maka ada lembaga dan individu yang memliki kewenangan atau berkompeten.
Semoga kita tidak merasa malu untuk bertanya dan/atau belajar kepada yang lebih berkompeten!

Oleh : ☆》Malex Kmur


No comments:

Post a Comment