Wednesday, September 28, 2022

EKSISTENSI WOR BIAK (Part 5)

         FUNGSI WOR BIAK.

WOR SEBAGAI MEDIA RITUS RELIGIUS.

Telah disinggung pada awal tulisan ini bahwa selaku atribut upacara adat Biak, Wor berfungsi melindungi seorang individu dalam momen peralihan peran sosialnya mulai saat lahir, hidup sampai mati. Leluhur Biak mengatakan "Nggo wor Baido, Nari nggo mar" artinya: Kalau kami tidak menyanyi kami akan mati. Hakekat dari pernyataan ini adalah bahwa Wor merupakan jaminan kepastian dan kelestarian hidup bagi orang Biak Numfor. Pernyataan ini dapat dipahami apabila kita lebih dalam mengkaji konsepsi dari fenomena "hidup" dan fenomena”mati” dalam konteks budaya setempat. Pengertian “hidup” dalam budaya Biak, adalah : wujud dari penyatuan antara unsur-unsur hidup yang terdiri dari ”Rur” (Roh) dan "Nin" (Bayangan). Sebaliknya konsepsi ”mati” diterima sebagai peristiwa penguraian antara "Rur" dan “Nin” yang berlangsung secara kekal dan tak mungkin untuk menyatu kembali. Dalam konteks ini dan kaitannya dengan pernyataan diatas nyanyian Wor berperan sebagai media penjamin penyatuan antara unsur-unsur hidup itu. fungsi magis religius Wor Biak sebagai pelindung hidup yang antara lain dapat disimak lewat jenis lagu "Dow Mamun" yakni Lagu Perang atau Lagu Kemenangan yang dilagukan disaat matahari terbit diufuk timur. Orang Biak beranggapan bahwa malam dengan kegelapannya merupakan symbol kematian, karena pada malam hari, saat orang tidur terjadi penguraian sesaat antara kedua unsur hidup “Rur” dan “Nin” yang wujudnya antara lain dapat dilihat dalam peristiwa mimpi. Sebaliknya matahari diterima sebagai symbol kehidupan, karena saat terbit di ufuk timur manusia terbangun dari tidurnya dan kedua unsur yang terurai di malam hari kembali menyatu seperti sedia kala. Fungsi Wor sebagai pelindung hidup ditemui dalam jenis lagu "Dow Arbur". Dalam pesta adat Biak lagu ini dinyanyikan lewat tengah malam untuk menyanjung makluk "Arbur" yakni Makluk Gaib penghuni pohon beringin agar tidak mengganggu anak yang diinisiasi pada saat itu. Aspek ini dijumpai dalam jenis Wor "Randan" yakni lagu yang dinyanyikan pada kesempatan upacara "Fan Nanggi" yaitu upacara “Menjamu Tuhan Langit yang oleh orang Biak dipandang sebagai Kuasa tertinggi yang mengatur seluruh kehidupan manusia. Aspek yang sama ditemui pula dalam lagu “Dow Beyor Wam”  (Lagu Pemohon Angin) dan “Dow Swandibru”  (Lagu Penangkal Angin).

 

WOR SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRADISIONAL.

Sebagai bentuk sastra Wor merupakan media komunikasi tradisional dimana seorang penyair Wor akan menyampaikan informasi atau pesan kepada masyarakat pendengarnya. Pesan-pesan itu umumnya dikemas dalam bahasa politik yang menggunakan lambing-lambang serta idom-idom setempat sehingga pesan-pesan itu mampu membangkitkan rasa simpati menambah pengetahuan, dukungan, bantuan, pujian, kemarahan, kekesalan, penyesalan bahkan duka cita. Wor-wor  Biak pada umumnya komunikatif dan informative.

WOR SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN TRADISIONAL.

Wor juga berfungsi sebagai media pendidikan tradisional karena mengandung pesan-pesan yang bermuatan nasehat, peringatan, dorongan, pengetahuan sejarah asal-usul keret/marga mitologi, legenda yang semuanya disampaikan dalam bahasa puitik bergaya satire pensonifikasi plastis dan lain sebagainya. -Syair-syair bertema pendidikan ditemui dalam jenis lagu "kansyaru","erisam" dan sebagainya.

WOR SEBAGAI MEDIA KONTROL SOSIAL.

Seseorang yang lalai melaksanakan kewajibanya selaku warga masyarakat adat Biak dapat dikontrol lewat puisi dan lagu Wor, sehingga ia dapat menyadari dan menyesali ucapan tindakan atau perilakunya yang bertentangan dengan norma adat yang berlaku. Seorang pemimpin tradisional yang bertindak sewenang-wenang dapat dikontrol oleh warganya melalui pendekatan puitik sehingga. ia dapat menyadari tindakan- tindaknnyalah merenungi kembati hakekat dari esensi kepemimpinannya, yang dapat eksis karena adanya rakyat dan didukung oleh rakyat.

WOR SEBAGAI SASTERA MONUMENTAL.

Aspek monumental dari sastera Wor ditemui dalam jenis lagu "Beyuser" yakni nyanyian narasi". sesuai dengan sifat lagu ini yang cenderung menceriterakan kejadian-kejadian peristiwa-peristiwa serta pengalaman paling berkesan dalam hidup seorang penyair Biak, baik pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung melalui orang lain seperti kisah heroik pahlawan budaya setempat legenda dogeng suci bahkan sejarah maka Wor Beyuser dapat dikategorikan sebagai sastera monumental yang berfungsi menyimpan kejadian- kejadian itu dalam ingatan orang Biak Numfor untuk diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satu Beyuser terkenal dalam perbendaharaan Wor Biak adalah “Beyuser Mananarmakeri” yang memuat kisah tentang tokoh mitologi orang Biak bernama Mananarmakeri. Konon tokoh ini memiliki rahasia hidup abadi tetapi karena dihina dan diejek oleh orang Biak sendiri maka ia marah lalu minggat ke dunia barat dan rahasia itu diungkapkan untuk orang barat. Itulah sebabnya orang Barat hidup sehat makmur dan sejahtera. Mananarmakeri berjanji suatu saat ia akan kembali ke Biak dan rahasia itu akan ia hibahkan kembali kepada orang Biak yang adalah pemilik sah dari rahasia hidup abadi tersebut.

WOR SEBAGAI ALAT LEGITIMASI POLITIK TRADISIONAL.

Aspek politik dari Wor Biak umumnya ditemui dalam jenis lagu ”Dow Mamun”  atau Lagu Perang yang dalam praktek sesungguhnya befungsi merangsang semangat juang orang Biak untuk melakukan ekspansi politik dengan cara menyerang daerah-daerah sasaran di luar kawasan Biak Numfor untuk kemudian ditaklukan dan diduduki.

Permukiman orang Biak Numfor terdapat di sepanjang pesisir pantai utara kepala burung pulau Papua sampai ke pulau-pulau Raja Ampat di kabapaten Sorong, atau pemukiman di pulau-pulau Kumamba serta kampung Abe pantai di kabupaten Jayapura menjadi bukti sejarah tentang peranan Wor Biak sebagai alat ekspansi dan legitimasi potitik di masa lampau.

WOR SEBAGAI MEDIA HIBURAN.

Aspek hiburan lebih banyak menonjol dalam jenis lagu “Erisam” yang umumnya memuat syair-syair jenaka yang bermaksud mengejek si Tuan dan Nyonya pesta yang kurang lancar memberi service kepada para penyanyi Wor. uenlan ejekan-ejekan atau sindiran-sindiran itu Tuan dan Nyonya pesta pasti meningkatkan pelayanannya dengan menyuguhkan makanan, minuman dan hidangan kakes (Tembakau dan pinang) paling istimewa kepada penyanyi Wor.

WOR SEBAGAI ALAT LEGITIMASI IDENTITAS SOSIAL.

Seorang penyair dan penyanyi Wor Biak mempunyai status sosial yang cukup terpandang dalam ukuran masyarakat adat Biak Numfor di masa lampu, karena dengan menggubah dan menyanyi wor ia memperoleh kemasyuran dimana-mana,  termasuk juga kekayaan dan gengsi. Ia disegani karena “rahasia nyanyian Wor”  yang tidak dimiliki orang awam, dan rahasia magis tersebut merupakan suatu kekayaan individu yang diturunkan dari generasi ke generasi dalam lingkup keret/marga dan keluarganya sendiri.

WOR SEBAGAI SUMBER PEMASUKAN EKONOMI.

Dalam kesempatan pesta adat. Salah satu ciri identitas pesta adat Biak adalah kegiatan transaksi harta dan makanan. Pihak orang tua si initiandus menyiapkan makanan lalu para kerabat penyanyi datang mengkonsumsi makanan itu sambil menyanyikan Telah disinggung sebelumnya bahwa Wor dinyanyikan secara utuh dan lengkap wor guna melindungi si individu dari ancaman yang hendak mengusik keberadaannya. Sebagian makanan dimakan pada kesempatan pesta berlangsung sebagian lagi dibawa pulang ke rumah masing-masing dalam  bentuk natura.

Seorang  penyair dan penyanyi Wor dapat juga dibayar oleh orang lain untuk membuat Wor guna memperingati sesuatu kejadian berkesan yang dialami oleh si pemberi order.

Seorang penyair dan penyanyi Wor yang mahir dapat juga meminta makanan dan minuman dengan hanya melagukan Wor. Orang yang mendengarnya tergugah dengan syair yang dilagukan dan dengan ikhlas mengulurkan tangan untuk membantu tanpa Pamrih'

WOR SEBAGAI BEJANA KOSAKATA BIAK

Orang-orang tua sering menasehatkan :  "Kalau ingin mengetahui dan menguasai bahasa klasik Biak, maka rajinlah belajar mendengar dan mengoleksi syair-syair Wor Biak.

Nasehat itu nampaknya cukup beralasan karena Wor Biak memilki perbendaharnan kata yang jarang dijumpai dalam percakapan sehari-hari. Banyak kata-kata klasik Biak yang jarang muncul dalam bahasa lisan Biak, tetapi masih tersimpan rapih dalam  pustaka wor Biak. Wor Biak juga sarat dengan plesetan kata yang menyimpang jauh dari arti denetatif kata asalnya tetapi justru dalam bobot sastera wor itu sendiri plesetan-ptesetan itu berfungsi sebagai pemanis dan pengindah kata dalam pengahayatan estetika setempat, sekaligus sebagai ciri unik dari jenis sastera lisan ini.

(Kumpulan artikel tentang Eksistensi Wor Byak)


No comments:

Post a Comment